cerpen KUJUMPAIMU RANY

 Cerpen:


KUJUMPAI MU, RANY

( Oleh: Joni Liwu )

 

Ruang itu pun bernama Ruang Guru. Ruang berkumpulnya para guru bukan sebutan untuk sebuah aplikasi yang sedang membumi akhir-akhir ini di Indonesia. Bahkan karena aplikasi terpopuler di dunia pendidikan, banyak pula sangat berharap mengunduh dan memilikinya tapi tak pernah kesampaian karena begitu mahal. Di ruang itu berkumpul para guru. Senangnya berjumpa setelah sepanjang hari berjibaku dgn rutinitas; dengan siswa yang beraneka tabiat. Bahkan oleh karena ragam watak siswa membuat guru semakin mengenal siswanya satu pun lainnya.

"Lelah juga mengurusi siswa tetapi tetap tabah," bisik Rany, sahabat guru, gadis tinggi semampai.

Suara brisik sekeliling ruang guru ini tak menyurutkan semangat para guru mengikuti sesbuah sesi work shop. Hal menguatkan kapasitas guru, mungkin itu menjadi titik sentuh yang dipahami sehingga hampir seluruh sajian materi diikuti dengan penuh perhatian.

Satu per satu Rany menjejali materi sajian. Sesekali ia tersenyum. Guratan wajah menampakan ceria, bahwa dunia turut tersenyum.Seolah membingkai asa pada jalan yang dilaluinya. Jalan pengabdian tanpa pamrih, untuk sebuah kemanusiaan. Ya, memanusiakan manusia, arti pendidikan yang ia pahami semenjak bangku kuliah.Ia sangat ingat dosen yang mengasuh mata kulian Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Semua rumusan ilmu dan detail harus dihafal karena konsep pengetahuan menurut dosennya yang agak galak itu, akan ditanyakan pada setiap ujian.

“Boro-boro memahami sepintas, seluruh teks yang tertulis di buku, itu yang dinilai olehnya,” kata Rany kepada Dona, sahabat perempuan yang selalu berdiskusi dengannya untuk setiap tugas.

Oleh karena itu, hampir setiap kali ujian, Rany pasti belajar sungguh-sungguh agar lulus ujian. Hanya satu saja mata kuliah yang gagal.Ia lalu memogramkan pada semester berikutnya. Rany dengan keterbatasan saat kuliah, selalu berikhtiar menyelesaikan atau bahkan harus lulus mata kuliah yang diprogramkan taip semester. Ia paham jika tidak lulus satu mata kuliah pun, itu berarti ia hendak membebani orang tua di kampong halaman. Karena tidak lulus dalam ujian semester itu berarti memperpanjang masa kuliahnya, yang juga berdampak pada keuangan.Padahal orang tuanya yang petani sangat sulit mendapatkan uang. Belum lagi panenan gagal karena curah hujan sedikit. Atau kalaupun menjual komoditi berupa kelapa, kemiri juga tanaman perdagangan lainnya, itu pun harganya tak menentu.Hal itu lebih diperparah dengan para pedagang nakal yang sehingga hampir-hampir para petani hanya mendapatkan sedikit keuntungan.

Kondisi perekonmian keluarganya juga selalu menjadi motivasi tersediri sehingga Rany sangat berkehendak menyelesaikan perkuliahaannya tepat waktu. Namun ada –ada saja yang mengganjal yang juga menjadi permasalahan baginya saat kuliah. Keterbatasan dalam hal finansial. Dengan Dona temannya, kadang harus mencari pekerjaan apa saja di kotanya, asalkan bisa mendapatkan uang. Dona temannya itu sangat familiar.Ia tidak sungkan-sungkan menawarkan jasa tenaganya semisal mencuci piring di rumah-rumah makan. Karena pengalamannya itu, ia sering mengajak Rany. Mereka berdua memang kompak sehingga pemilik rumah makan selalu saja menelpon mereka jika pekerjaan di rumah makannya tersebut cukup banyak. Kadang mereka menjadi penyaji makanan bagi para tamu, kadang mereka pun diminta bantuan meracik jenis makanan-makan tertentu. Dengan demikian, kedua memperoleh pengalaman tambahan soal jenis olahan makanan.

Sepanjang kuliah, mereka selalu melakoni pekerjaan itu.Oleh karenanya, walaupun sedikit, mereka hampir tak kesulitan memiliki uang untuk sekedar foto copy tugas-tugas perkuliahan juga membeli kebutuhan pokok lainnya. Keuletan dan ketabahan Rany itu berbuah hasil Melalui tes CPNS secara on line ia dinyatakan lulus. Ia kini menjadi guru di salah satu SMP di kota ini. Semangat muda yang masih membara itu, membuatnya sangat kreatif juga inovatif. Tak jarang ia mendapat pujian dari kepala sekolahnya karena Rany bisa membuat inovasi-inovasi pembelajaran, alat-alat pembelajaran. Rany menjadi guru kreatif. Tak jarang ia bisa menulis dari hasil penelitian yang diadakan di kelasnya, semacam Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Pada kegiatan ekstrakurikuler, Rany bergabung di Pramuka, juga kegiatan menulis di majah dinding. Suatu ketika, karena tulisan-tulisannya berwujud puisi diantologikan, ia mendapat penghargaan dari kepala sekolah.

“Rany…Rany,” Sapa Anton guru IPA di sekolah.

Rany kaget dari lamunannya. Ia agak cape setelah semalam menyelesaikan tugas utama membuat Rencana Pembelajaran. Maklum ini di awal tahun pembelajaran. Ia harus menyelesaikan program pembelajaran yang tersisa dari kegiatan MGMP di sekolah. Tapi saat ini ia sedang mengikuti kegiatan work shop. Ia harus mengikutinya dengan serius, karena baginya kegiatan ini sangat menunjang tugas utamanya.

Gemulai elok dari dandan sahaja, semakin menampilkan kepercayaan dirinya agar menjadi yang diguguh dan ditiru. Di sudut matanya sangat terlihat sajak-sajak bisu melitanikan kisa lara sosok guru di jalan sepi.Sepi menatap dunia gempita sedang di kota ini tersiar kabar gedung sekolah dirusaki siswa, dirusaki pula kursi meja pun fasilitas lainnya.Siswa semakin peduli dengan dirinya sendiri walaupun guru ada di depanya.

"Memberi salam pun tidak,apalagi menyalami,"  Rany membatin pada malam tak berbintang,pada sabana Timor terpanggang karang ini.

Di ruang guru ini, Rany dan sahabat-sahabatnya sedang berkaca tentang peluh bersimbah di jalannya, semoga anak-anaknya tak terhimpit wangi cendana,terbuai di kebimbangan zaman, tetapi dapat melihat sumringah anak bangsa,esok dan Lusa.

Rany, Kutunggu ceritamu .

 

Kupang,17 Oktober 2019

 


Komentar