MENYASAR PERAN KOMUNITAS BACA

 

MENYASAR PERAN KOMUNITAS BACA

 

Tiga tahun silam dalam sebuah pelatihan, dinentuklah sebuah komunitas baca. Komunitas yang beranggotakan para guru dibentuk dalam sebuah pelatihan yang digelar sebuah instansi yang bersentuhan  dengan literasi. Di beberapa tempat, beberapa orang dengan tujuan yang sama membentuk komunitas baca. Berharap dengan komunitas tersebut mereka bisa membaca bersama, berdiskusi, hingga menyebarkan virus membaca  bagia setiap orang. Hal ini tenti sangat beralasan jika kita merfleksi tentang ketercapaian tingkat literasi kita jika dibandingkan dengan negara lain.

Komunitas yang dibentuk tentu memiliki tujuan sebagaimana tersebut di atas. Namun kondisi ini  belum terwujud sepenuhnya. Guru-guru dengan keterbatasan waktu, tentu saja menjadi kendala tersendiri. Walaupun demikian, komunikasi di jagad maya selalu saja terjadi. Sebagai misal, beberapa tulisan di media online, kemudian dibagikan di komunitas baca. Secara tidak langsung, mendorong anggota komunitas membaca hasil racikan-racikan (baca:  meramu tulisan ) dari para pemateri ketika pelatihan yang adalah guru besar dan dosen yang berkompeten di bidangnya. Tak tekecuali para anggota komunitas.

Refleksi atas kehadiran sebuah kumunitas yang dibentuk yakni bahwa para anggota komunitas belum tentu memiliki pemahaman yang yang sama atau setidaknya memiliki motivasi membaca yang sama. Apapun jenis komunitas selalu terbentuk karena memilki kesamaan pemahaman dalam hal-hal tertentu. Sebagaimana makna komunitas secara etimologi yang bermakna kesamaan, maka jika komunitas dibentuk tanpa mempertimbangkan kesamaan pemahaman tentulah keberlamgsungannya ibarat hidup segan mati tak mau.

Terbentuknya sebuah komunitas dipicu oleh kesamaan dalam pemikiran, keresahan, dan hoby. Jika dicermati, keresahan atas tingkat literasi di Indonesia memicu dibentuknya komunitas baca. Dengan demikian, komunitas ini tentu menjadi sebuah wadah untuk bertukar pikiran dan informasi. Bahkan juga sebagai wadah menyalurkan hoby. Dan lebih dari itu kebersamaan dalam sebuah komunitas baca misalnya, dapat pula dijadikan sebagai wadah berbagi pengalaman, setidaknya dengan menulis. Karena itu, jika komunitas baca telah terbentuk, jadikanlah sebagai wadah berbagi ide, gagasan, bahkan mungkin menyebarkan virus membaca bagi sesama yang lain.

Sayangnya, negara ini menggaungkan Gerakan Literasi Nasional, namun kominutas-komunitas lieterasi seperti dibiarkan mencari jalannya sendiri. Sekolah-sekolah yang menggerakan literasi dengan lima belas menit membaca sebelum pembelajaran pun menentukan indikatornya tersendiri . Hal tersebut dilakukan untuk bisa mengukur tingkat partisipasi juga ketercapaian peserta didik dalam berliterasi. Setidaknya, sekolah melalui Tim Literasi Sekolah ( TLS ) memilki kesempatan membukukan karya-karya siswa berbentuk antologi-antologi. Karya-karya siswa yang dipajang pada majalah dinding sekolah adalah cikal bakal  karya siswa yang dapat dibukukan. Semua bisa dilakukan tentu dengan kerjasama yang baik dengan pihak sekolah.

Kupang, 20 April 2021





Komentar