BERJIBAKU WALAU TERANCAM ( 4 )

 

Kepala Surat Mengalahkan Konten Rapidtes

 

Hampir dua puluhan tahun melakoni pekerjaan sebagai guru, baru kali ini saya menumukan sosok petugas kesehatan bandara Eltari Kupang yang lebih mengutamakan kepala surat dibanding hasil rapidtes yang adalah kontennya. Tentu saja ini menjadi polemik bagi sekalian manusia di jagad ini yang hari-hari ini mewaspadai virus covid 19. Mengapa nian? Cerita itu terurai sebagai berikut.

 

Penerbangan semua peserta pelatihan region 2 Sutabaya yang keseluruhannya adalah guru dan pengawas dari NTT harus dirapidtes sebelum meninggalkan Fairfiel by Marriott Surabaya, hotel tempat pelatihan . Rapidtes dilakukan oleh panitia penyelenggara yang adalah Kemedikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,Direktoran Sekolah Menengah Pertama. Mungkin saja petugas kesehatan pun diboyong dari Jakarta menuju Surabaya. Dengan demikian, segala administrasi yang berhubungan surat menyurat tentu beralamat Jakarta. Salah satu surat keterangan rapid tes yang dilakukan oleh panitia itu pun beralamat Jakarta, lebih lengkapnya adalah sebuah klinik beralamat Jalan Meruya Selatan nomor 101 Joglo-Kembangan Jakarta Barat. Surat rapidtes sebagai salah satu pesyaratan melakukan penerbangan itu pun kami bawa serta hingga bisa melakukan penerbangan dari Surabaya ke Bandara Eltari Kupang. Surat itu tidak bermasalah. Saya pun paham jika petugas bandara Juanda tidak mempersoalkan Kepala suratnya, tetapi konten surat. Apalagi mereka tahu bahwa kegaiatn tersebut diselenggarakan oleh Kemndikbud yang berlamat di Jakarta.

 

Celakanya hingga tiba di Bandara Eltari surat tersebut dipersoalkan petugas kesehatan. Kami pun bingung, karena menurutnya kegiatan berlangsung di Surabaya, dan karenanya kepala surat pun berlamat Surabaya. Koordinator peserta dari Kupang yang juga adalah salah satu pengawas di Dinas Pendidikan Kota Kupang pun menjelaskan bahwa rapidtes itu dilakukan di Surabaya setelah seluruh guru mengikuti kegiatan. Bahwa kepala surat itu tertulis Jakarta ( maksudnya alamat salah satu klinik di Jakrta ) itu menjadi tanggung jawab panitia, karena panitia yang mendatangkan petugas kesehatan. Sejenak kami bingung yakni petugas kesehatan Bandara Juanda Surabaya tidak mempersoalkan kepala surat rapid tes, sebaliknya kepala surat yang sama tersebut menjadi soal besar bagi petugas kesehatan bandara Eltari Kupang.

 

Penjelasan dengan yang sudah sangat logis sebagaimana oleh koordinator peserta dari kota kupang tak digubris petugas kesehatan Bandara. Ia tetap berargument jika kepala surat haruslah di Surabaya. Sungguh Kedatangan pada siang hari dengan kondisi yang gerah karena panas, kampung tengah yang sedang berkecamuk membuat tim Kupang memilih mengalah dan harus mengikuti tes GeNose. Kami pun diarahkan salah seorang petugas keamanan bandara agar rmelakukan GeNose. Hasil tes tersebut pun sama sebagaimana yang dilakukan petugas kesehatan di Surabaya, negatif.

 

Kami telah melakukan tes GeNose tidak untuk tujuan keberangkatan dari dan ke luar daerah, tetapi tes GeNose untuk kembali ke rumah dri bandara Eltari. Namun yang menjadi menarik adalah Kepala Surat dengan alamat Jakarta, bukan Surabaya tempat kami mengikuti kegiatan, itu menjadi soal yang sangat besar di Bandara Eltari Kupang. Di tempat ini, Kepala Surat haruslah beralamat tempat keerangkatan penumpang. Dalam kondisi kecewa, gerah karena panas, juga lapar, salah seroang guru peserta juga mempertanyakan soal kedatangan beberapa rekan guru pada hari sebelumnya, yang juga menggunakan surat yang sama tetapi tidak dipersoalkan.

 

Hingga di sini, hanya ada dua hal petugas kesehatan bandara lebih mengutamakan kepala surat atau konten surat. Kondisi kekinian yang menuntut kewaspadaan sangat tinggi terhadap covid 19 dengan varian barunya tentu konten isi surat tersebut. Yakni bahwa seseorang yang telah melakukan rapidtes adalah melalui rapidtes ia dinyatakan negatif. Sayangnya petugas kesehatan bandara tidak mengutamakan hal tersebut, justru alamat surat yang sangat dipsersoalkan. Bagi sesama penumpang yang melakukan perjalanan melalui Bandara Eltari hendaknya meperhatikan hal tersebut adar tidak menghambat perjalanan. Apalagi harus berlama-lama berdebat sedangkan kita menghindari perkumpulan salah satu prokes. Mungkin pula petugas kesehatan Bandara Eltari Kupang memiliki argumen tersendiri yang lebih dibanding konten surat yang berisi hasil tes negatif dari pelaku perjalanan.

 

Komentar