IMUN YANG MENGGELISAHKAN
IMUN YANG MENGGELISAHKAN
Tidak kurang dari seorang Wakil Presiden RI, K.H. Ma’ruf Amin,mengtakan bahwa Kunci dalam menghadapi kondisi pandemi ini adalah iman, imun, aman dan amin. Agak menggelitik saya soal imun setelah divaksin. Dalam tulisan singkat ini, saya tidak sedang menanggapi penegasan seorang Pejabat Negara Wakil Presiden. Bagi saya penegasan ini menjadi sebuah himbauan agar warga bangsa ini harus mengimun dirinya sehingga terhindar dari virus covid 19 juga variannya. Penegasan seorang Bapak Presiden ini kemudian menjadi sangat penting tatkala hari-hari ini warga bangsa. Sebuah bukti yakni warga berjubel mendapatkan vaksin. Warga bangsa semakin menyadari betapa tubuh ini mesti diimun, bukan sebaliknya hanya sekedar memperoleh sertifikat vaksin.
CoronaVac misalnya, merupakan vaksin yang mengandung virus SARS-CoV-2 yang sudah tidak aktif. Penyuntikan vaksin Sinovac akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk mengenali virus yang sudah tidak aktif ini dan memproduksi antibodi untuk melawannya sehingga tidak terjadi infeksi COVID-19. Di dalam produk vaksin ini juga terkandung aluminium hidroksida sebagai bahan tambahan yang berfungsi untuk meningkatkan respons sistem kekebalan tubuh terhadap vaksin.
Dengan vaksin covid 19, akan mencegah terkena atau mengalami gejala Covid-19 berat. melindungi orang lain, menghentikan penyebaran Covid-19, dan membantu melindungi generasi selanjutnya. Oleh karena itu, jika hendak memutus mata rantai penyebaran covid 19, maka warga bangsa ini mesti melakukan vakin. Berharap pemerintah mesti menyediakan vaksih bagi warga agar merekatidak mengalami kesulitan mendapatkannya.
Menggelisahkan
Namun apa pasalnya sehingga warga merasakan kegelisahan? Seorang sanak keluargaku di salah satu kabupaten di Pulau Timor ini hendak ke Kupang, Kota Propinsi NTT hanya untuk mendapatkan vaksin. Alasan pertama, karena di Kabupaten tempat ia berdomisili sangat sulit emndapatkan vaksin. Dan alasan lain soal pensyaratan administratif jika bepergian. Bahwa sertfikat vaksin menjadi salah satu pesryaratan jika hendak bepergian. Terhadap alasan kedua ini tentu menjadi sangat kontardiktif, yakni warga belum mendapatkan pelayanan vaksin tetapi pemangku kepentingan menyertakan sertfikat vaksin sebagai prasayarat bepergian. Prasyarat bepergian ketika diberlakukan PPKM di antaranya adalah hasil rapid tes, belum lagi harus memilki surat keterangan dari Desa atau keluarahan misalnya bagi warga belum divaksin karena alasan kesehatan. Konsi ini seperti berbeda dari satu tempat ke tempat lainya. Kegelisahan malah bertambah bila untuk mendapatkan hasil rapid tes, warga harus mengeluarkan uang dari dompetnya. Celakanya lagi harga dari sepotong kertas yang disebut rapid tes itu bervariatif.
Kita patut menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi NTT yang menggratiskan rapid tes dan swab melalui Kebijakan itu termuat dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 61 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Lampiran IV Peraturan Gubernur Nomor 4 Tahun 2020 tentang tarif layanan kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah WZ Johannes Kupang. Pemerintah Provinsi NTT tentu sangat memahami kesulitan warga untuk mendapatkan rapid tes dan swab yang dihargai RP 150.000 dan swab Rp 900.000.
Saya sudah
menandatangani peraturan gubernur yang berlaku mulai hari ini. Semua masyarakat
rapid test dan swab gratis,” ujar Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat saat
memberikan sambutan dalam acara peresmian Laboratorium Biomolekur Kesehatan
Masyarakat di Klinik Universias Nusa Cendana Kupang, Jumat (16/10/2020).
Penerimaan Vaksin
Laporan Kementerian Kesehatan melalui vaksin.kemkes.go.id, Sabtu (17/7) jumlah penerima vaksin Covid-19 di Indonesia sebanyak 41.268.627 orang telah menerima vaksin Covid-19 dosis pertama. Penerima vaksin Covid-19 hingga dosis kedua atau lengkap juga bertambah, yakni sebanyak 277.126 orang. 9 https://www.merdeka.com/peristiwa/update-jumlah-warga-penerima-vaksin-covid-19-di-indonesia-per-17-juli-2021, dibaca pada 04/08/2021, pada pukul 13.41).
Lalu bagaimana dengan para
lansia. Ternyata para lansia juga sangat memahami pentingnya vaksin, walau
segelintir lansia memilih tidak divaksin karena alasan-alasan kesehatan. Di NTT
misalnya, sebanyak 22.897 dari 443.409 orang lanjut usia (lansia)
yang tersebar di 22 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah
menerima vaksin COVID-19.
Dari total lansia yang sudah menerima vaksin
ini, 11.965 orang lansia diantaranya telah menerima vaksin dosis kedua, 286
tunda vaksin satu dan 12 orang tunda vaksin dua.
Hal mengelisahkan bahwa hampir sebagian besar warga belum divaksin karena ketersediaan vaksin masih terbatas. Solusi terhadap hal ini menjadi tanggun g jawab pemerintah. Pemerintah tentu dengan pertimbanganyang matang soal keselamatan warga bangsa ini akan mengupayakannya. Hal lain yang msti tergerus dari pemahaman masyarakat adalah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi I KIPI ). Tersebar iformasi menyesatkan, kadang pula menjadi alasan seseorang tidka mau divaksin.
Apakah mungkin ada efek setelah
seseorang divaksin? Secara umum, efek samping yang timbul dapat beragam
pada umumnya ringan dan bersifat sementara, dan tidak selalu ada, serta
bergantung pada kondisi tubuh. Efek seperti demam dan nyeri otot atau kemerahan
pada bekas suntikan adalah hal yang wajar namun tetap perlu dimonitor.
Manfaat vaksin
jauh lebih besar dibandingkan risiko sakit karena terinfeksi bila tidak
divaksin. Selalu disarakankan kepada masyarakat yakni jika terjadi Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), dapat dilaporkan kepada Fasyankes tempat
pemberian vaksinasi, kemudian akan ditindaklanjuti oleh focal point yang
ada di masing-masing Dinas Kesehatan dan dikaji oleh Komite Pengkajian dan
Penanggulangan KIPI yang ada di setiap daerah maupun Nasional.
Perlu juga
dipahami bahwa setelah seseorang mendapatkan vaksinasi, dibutuhkan waktu untuk
pembentukan kekebalan. Kekebalan optimal hanya akan terbentuk bila seseorang
mendapat dosis lengkap sesuai jadwal yang dianjurkan. Selama cakupan vaksinasi
belum luas, kekebalan kelompok belum terbentuk, potensi penularan masih tinggi.
Karena itu, sekalipun telah dilakukan vaksinasi, masyarakat tetap harus
mematuhi dan menjalankan protokol Kesehatan 5M. Di sisi lain, Pemerintah juga
tetap akan menggiatkan kegiatan 3T (Test, Tracing, dan Treatment) untuk
penanggulangan COVID-19. Dengan diperkuatnya imunitas masyarakat, produktivitas
juga akan meningkat sehingga meminimalkan dampak ekonomi dan sosial yang selama
ini menjadi salah satu isu utama pandemi COVID-19 disamping kesakitan dan
kematian.
Hal-hal
sederhana seperti di atas mesti digaungkan agar lebih dipahami sehingga
vaksinasi tidak berdampak pada keserahan bahkan kegelisahan di tengah masa
pandemi covid. Masyarakat yang sedang terdampak di berbagai aspek
kehidupannya setidaknya harus
mendapatkan pendampingan komprhensif. Segala daya upaya mesti dilakukan hanya untuk memutus mata rantai
covid 19 dan terutama tidak berdampak pada kegelisahan yang berkepanjangan. Masyarakat
harus bernapas legah suatu saat nanti karena terbebas dari virus mematikan ini.
Guru dan siswa pun dapat melakukan pembelajaran luring alias tatap muka. Sebuah
pertemuan yang telah dirindukan selama hampir setahun. Paling tidak denhan
pembelajaran tatap muka semakin mengurangi beban kerja orang tua yang hari-hari
ini melakoni tugas tambahan sebagai “guru sementara di rumah.”
Komentar
Posting Komentar
Silakan komentar secara bijak dan kosntruktif!