ANTARA IMUN DAN
IMAN, MESTIKAH SEJALAN?
( Oleh: Joni Liwu)
Hari hari serasa disibukkan dengan sejumlah
pekerjaan. Tugas rutinitas guru pun administrasi guru yang berhubungan dengan
validasi identitas sebagai seorang Aparatur Sipil Negara ( ASN ). Tentang tugas
yang terkahir ini cukup menyita perhatian. Apa pasal? Tugas ini hanya diberi
limit waktu sampai dengan Oktober 2021. Tugas yang menjadi tanggung jawab
setiap ASN ini harus dikerjakan melalui aplikasi yang disebut mySAPK BKN.
Urusan aplikasi berarti urusan jaringan, dan tentu yang lebih ribet adalah
server. Makhluk apakah ini yang membuat kepala jadi pening?
Beberapa sahabat mengeluhkan server, sedang lainnya
mengeluhkan jaringan. Dua makhluk yang membutuhkan kesabaran di tengah
kesibukan lainnya. Syukurlah bagi yang sudah menguasai Informasi dan Tenologi.
Atau dengan kata lain, bagi para ASN yang sudah terbiasa menggunakan laptop
ataupun gawai dengan aplikasi tersebut akan berkurang kadar “keribetan” bahkan
kelelahan. Namun demikian, akan menjadi sangat melelahkan hingga menetes peluh adalah para sahabat
ASN yang belum sepenuhnya memahami IT. Bukan tidak mungkin hal ini dialami, karena ketika e kinerja harus dikerjakan
setiap ASN hampir dan bahkan banyak yang harus begadang alais “ mete” hingga
dini hari. Akibatnya banyak yang kelelahan. Syukurlah bahwa pemberlakukan BDR
atau WFH setidaknya memberi sedikit ruang dan waktu bagi ASN untuk melepaskan
lelah walau sebentar.
Banyaknya pekerjaan tentu pula berdampak pada daya
tahan tubuh. Namun demikian, jika tenaga terkuran hanya untuk sebuah pekerjaan
otak tentu pula berdampak pada ketahanan tubuh atau fisik. Bukankah jika hal
tersebut sangat mempengaruhi imun tubuh atau kekebalan tubuh. Di masa pandemi
covid 19 imun mesti tetap diperhatikan. Itu berrati pula jenis pekerjaan apapun
mesti “dimanage” agar dapat dikerjakan sesuai prioritas. Atau dapat pula dikonsisikan agar tidak
menguras imun tubuh. Karena jika tidak akan berdampak pada menurunnya imun
tubuh.
Terhadap kerja ASN memvalidasi data diri dengan mySAPK
hari –hari ini jangan dianggap sebgai sebuah pekerjaan ringan karena kelelahan
hanya karena jaringan terganggu bahnkan server bermasalah. Itu berarti
pekerjaan yang harus dilakukan siang hari di sekolah harus dilanjutkan pada
malam hari di rumah atau dini hari.
Sebuah studi yang menganalisis 13 tahun catatan pekerjaan
di AS menemukan bahwa "pekerjaan dengan jadwal lembur terkait dengan
tingkat bahaya cedera 61% lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan tanpa
lembur".
Studi tersebut tidak menyebutkan bahwa
kelelahan adalah penyebab utama peningkatan risiko ini, tetapi ada banyak bukti
yang menunjukkan bahwa itu mungkin terjadi.
Misalnya, jika Anda bangun pada jam 8 pagi dan
masih bangun pada jam 1 pagi hari berikutnya (berarti Anda sudah bangun selama
17 jam penuh), kinerja fisik Anda kemungkinan akan lebih buruk daripada jika
Anda memiliki konsentrasi alkohol dalam darah sebesar 0,05%.
Study lain menyebutkan bahwa jika terjaga hingga pukul
lima dini hari, kerusakannya akan sama dengan memilki konsentarsi alkohol dalam
darah 0,1 – lebih dari 0,08 %. Jadi begadang akan membuat kinerja fisik
terganggu.Mengetik di komputer sebagaimana dilansir studi tersebut memang tidak
terlalu beresiko tetapi mesti dipertimbangkan jika dikerjakan secara manual.
Di masa pandemi covid walau kota ini berada pada level
tiga, menjaga inun tubuh pun mesti diperhatikan. Level tiga tidak memberi
peluang agar setiap orang melaksanakan prokes secara longgar. Itu pula berati
ketahanan tubuh juga menjadi faktor yang mesti diprhatikan walau setiap kita
dijejali dengan sejumlah tugas yang menjadi kewajiban. Apalah artinya seseoang
memiliki iman yang teguh jika imun diabaikan. Jika demikian, iman dan
imun mesti mumpuni.
Kupang, 24 September 2021, Salam Literasi.
Komentar
Posting Komentar
Silakan komentar secara bijak dan kosntruktif!