NOTIFIKASI NAN KELUH
Hati terenyuh
mendengar keluh juga kesahnya. Memang hanya melalui pesan di messenger tapi kupahami tentang yang
tersurat dan tersirat. Yang tersirat
betapa perjuangan tak kenal lelah
berujung pilu. Sedih, setelah
beberapa kali mengikuti tes namun gagal. Terkahir minggu kemarin ketika nilai
tes tidak mencukup passing grade.
“Sonde tau lai, sampai kapan,”
keluh sepupuku dalam dialek Kupang, guru di sebuah SMP Negeri, jauh di sebuah
kampung.
Belum lagi adik
sepupuku lainnya yang telah
mendedikasikan diri sebagai guru tidak
tetap hingga delapan tahun. Mungkin saja karena telah berkali-kali mengalami
nasib tak beruntung, ia tidak pernah mengumbar keluh kesah walau itu melalui
media sosial sekalipun. Kedua-duanya dan
bahkan banyak juga mengamini keputusan.
Semula harapan disemai karena memahami
syarat kelulusan, di antaranya bahwa nilai perolehannya mencapai passing grade
untukujian seleksi kompetensi teknis, kompetensi managerial, kompetensi sosial
kultural.
Kedua-duanya demikian pun cerita
peserta tes gagal pada ujian seleksi kompetensi teknis.Itu artinya mereka
gagal.
“Gagal lagi, gagal lagi, “demikian
kata adik sahabatku di pulau seberang.
Lalu apa pasalnya?
Semua yang peserta tes bahkan memiliki kesan yang sama soal tingkat kesulitan
soal. Syukurlah bagi pelamar yang baru menamatkan pendidikan di perguruan
tinggi satahun atau dua tahun kemarin. Akan masih segar dalam ingatan sejumlah
pengetahuan, tetapi bagaimana dengan sejumlah guru berusia setengah abad lebih
di kampung-kampung? Pertanyaan ini menggugah semua orang. Mereka seolah kalah
sebelum berperang, atau dengan kata lain sahabat-sahabat para guru penuh
dedikasi itu hanya mampu terdaftar sebagai peserta tes namun hasil tes sudah
diketahui.
Walaupun demikian
mereka masih berharap melalui perhitungan nilai afrimasi PPPK guru 2021. Misalnya
bahwa mereka yang berusia 35 tahun ke atas, terhitung saat
pendaftaran dan berstatus aktif selama tiga tahun terakhir, bisa memberi
kemungkinan bagi mereka diakomodir menjadi PPPK. Bonus nilai kompetensi teknis untuk kategori
ini adalah bonus tambahan nilai kompetensi sebanyak 75 poin (15% dari nilai
maksimal 500 poin).Dan tentanf yang terkahir inilah mereka edang menanti
hari-hari ini. Hara-harap cemas tentu akan selalu beregemuruh dalam dalam.Namun,
hal berharap seperti menanti durian runtuh itu hanya akan menjadi mimpi di
siang bolong.
Sahabat-sahabatku
para guru tidak tetap ini, kini tak lagi menyoal syarat kelulusan. Mereka telah
berkomitmen untuk mengabdi tanpa berkeluh.
“Ketong
sonde pikir lai itu tes. Yang terpikir mengajar dan mengabdi untuk bangsa,”
ungkap salah satunya mengakhir pesannya dalam dialek Kupang kental.
Entah
sampai kapan durian itu kan runtuh? Musim ini telah berganti, bukan saja sekali
atau dua kali tetapi telah berkali-kali. Masikah ada hati yang hendak mendengar
rintih dan keluh para pejuang tanpa tanda jasa ini? Jika saja mimpi mereka
tersampaikan, maka bangsa ini tetalh memberi mereka hak sebagaimana peluh yang
teah tercucur demi generasi bangsa. Bangsa sedikit memberi hati dari sebuah
perhatian, sehingga mereka pun layak menerima upah sesuai UMR, bukan seratus sampai
lima ratus ribu rupaih per bulan. Gaji berbanding terbalik dengan pengabdian
dan kerja keras mereka. Mungkin sampai pada simpul kerja besar, upah kecil.
Bangsaku dengar rintih piluh dari keluh sepanjang usia.
Notifikasi
pada gawaiku itu telah kupahami, tersurat pun tersirat walau tak seberapa.
***
Komentar
Posting Komentar
Silakan komentar secara bijak dan kosntruktif!