Di Antara Hari-hari Tersisa

 

 

Di Antara Hari-hari Tersisa

 

Mungkin pula judul di atas seperti Menjelang Hari-hari Perpisahan, atau bahkan Kita Hendak Pisah, juga judul-judul lainnya yang lebuh menyentuh. Namun demikian, nilai rasa bahasa akan lebih menyentuh, terlebih kepada siswa-siswi yang hari –hari ini selalu menyapaku sebagai wali kelas, yang hari hari ini hendak menyudahi hari-hari kebersamaannya dengaku. Tanggung jawab dari tugas tambahan sebagai wali kelas tentu memiliki nilai lebih. Wali kelas juga merupakan guru pengajar yang dibebani tugas-tugas sesuai sebagai penanggungjawab dinamika pembelajaran di dalam kelas tertentu.

Menurut Jean & Morris dalam Foundation of Teaching, an Introduction to Modern Education: “Teacher are those person who consciously direct the experiences and behavior of and individual so that education takes place. Artinya, guru (wali kelas) adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang individu sehingga dapat terjadi pendidikan. Bagai memikul tanggung jawab karena hampir tak terhitung. Tugas dan tanggung jawab berikut ini mungkin belum seluruhnya diemban, walau seorang wali kelas secara maksimal mengemban tugas dari kepala sekolahnya.

Ambil missal beberapa tugas berikut ini. Sebagai Pengelola kelas; mengenal dan memahami situasi kelasnya.Menyelenggarakan Administrasikan kelas meliputi : Denah tempat duduk siswa, Papan Absen siswa, Daftar Pelajaran di kelas, Daftar Piket Kelas, Struktur Organisasi Pengurus Kelas, Tata Tertib siswa di kelas, Buku Kemajuan Belajar. Buku Mutasi Kelas. Buku Peta Kelas, Buku Inventaris barang-barang di kelas, Buku Bimbingan kelas/ Kasus siswa, Buku Rapor, Buku Daftar Siswa Berprestasi di kelas.

Memberikan motivasi kepada siswa agar belajar sungguh-sungguh baikdi sekolah maupun di luar sekolah.Memantapkan siswa di kelasnya, dalam melaksanakan tatakrama, sopan santun, tata tertib baik di sekolah maupun di luar sekolah.Menangani / mengatasi hambatan dan gangguan terhadap kelancaran kegiatan kelas dan atau kegiatan sekolah pada umumnya. Mengerahkan siswa di kelasnya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan sekolah seperti Upacara Bendera, Ceramah, Pertandingan dan kegiatan lainnya.

 

Membimbing siswa kelasnya dalam melaksanakan kegiatan Ekstrakurikuler (Peran serta kelas dalam hal pengajuan calon pengurus OSIS, pemilihan ketua kelas, pemilihan siswa berprestasi, acara kelas, dll ).Melakukan Home Visit ( kujungan ke rumah / oang tua ) atau keluarganya.Memberikan masukan dalam penentuan kenaikan kelas bagi siswa di kelasnya.Mengisi / membagikan Buku Laporan Pendidikan (Rapor) kepada Wali siswa.Mengajukan saran dan usul kepada pimpinan sekolah mengenai siswa yang menjadi bimbingannya.Mengarahkan siswa agar peduli dengan kebersihan dan peduli dengan lingkungannyaMembuat Laporan tertulis secara rutin setiap bulan.

Menilik tanggung jawab yang besar ini, tentunya dapat disejajarkan dengan tugas utama. Bahkan seandainya dilaksanakan sebagaimana mestinya, dia lebih menjadi tugas pertama dari yang utama.Guru misalnya, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, menganalisis, melakukan remedial dan pengayaan. Tugas membimbing tentu hanya dilaksanakan selama pembelajaran.

Namun bagaimanakah jika seorang guru mata pelajaran merangkap wali  kelas? Karena itu, sewajarnya ia harus dihargai, bukan karena ia adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Ia harus dihargai, karena perhatian dari hati yang diberikan demi memanusiakan manusia. Bentuk penghargaan berupa tunjangan professional, itu sebenarnya telah menjadi haknya. Bahwa kemudian haknya tersebut tidak berbading lurus dengan rendah out put secara kuantitas, janganlah menyeret soal tunjangan professional dengan kinerja seorang guru.

Hampir saja opini selalu diembuskan soal rendahnya kuantitas out put dengan tunjangan professional yang diterima seorang guru. Sedangkan tanggung pendidikan adalah tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat termasuk pemangku kepentingan. Lebih miris lagi jika, tanggung pendidikan hanya dilihat sebagai tanggung jawab sekolah, lebih khusus para guru. Satu hal yang bisa menjadi bom waktu waktu adalah kurangnya penghargaan terhadap seorang guru, mungkin saja dimulai hal-hal kecil seperti di atas. Karena itu itu tidak mengherankan jika akhir-kahir ini guru diperlalukan secara tidak manusiawi, dipukul oleh siswa, dianiaya orang tua, atau bahkan oleh kepala sekolah kepada gurunya.

Guru adalah sosok yang sangat bertanggung jawab dalam pendidikan disekolah. Sosok guru menjadi panutan untuk peserta didiknya. Guru juga harus menjaga sikapnya saat bertingkah laku, karena guru selalu menjadi contoh untuk peserta didiknya mereka harus bertingkah sopan dan santun. Disini hubungan kedekatan antara guru dengan siswa sangatlah penting, mengapa demikian hubungan guru dengan siswa yang harmonis akan berdampak baik dalam proses belajar mengajar didalam kelas selain itu hubungan yang harmonis antara siswa dengan guru juga berdampak pada hasil akademik siswa.

Dengan adanya hubungan kedekatan guru dengan siswa yang harmonis juga berdampak pada tingkat kehangatan dan murid atau siswa menjadi patuh dan punya rasa hormat serta kepekaan yang mencirikan interaksi antara siswa dan guru yang sangat harmonis dan dekat. Hubungan siswa dengan guru yang positif juga dikaitkan dengan peningkatan kompetensi sosial pada peserta didik. Selain itu hubungan siswa dengan guru mengarahkan pada banyak upaya untuk menghabiskan waktu bersama untuk belajar bersama dan guru dapat membantu siswa atau peserta didik dalam permasalahan yang dihadapi saat proses belajar mengajar.Hubungan kedekatan antara guru dengan siswa juga dapat mendorong dan memotivasi peserta didik dalam proses belajar. Apakah karena telah menjadi guru dan wali kelas yang baik kemudian ia disebut sebagai guru yang ideal? Guru tidak pernah membusungkan dada tentang kesuksesan siswa di kemudian hari, tetapi hanya sebuah kebanggaan, bahwa peluh dan keringatnya tidak sia-sia.

Kedekatan antara guru yang menjadi wali kelas dengan siswanya, bak orang tua dan anaknya. Hal itu hampir terlihat pada semua siswa. Kalaupun ada segelintir siswa yang agak “liar” mungkin karena jumlah absensinya cukup tinggi, atau karena hal-hal lain. Karena itu, jika siswa-siswi haurs menamatkan pendidikannya di sebuah jejang, ia mungkin harus mengalami perpisahan. Kedekatan yang telah terbina setahun atau dua tahun,  menjadikan anak-anak enggan melepaskannya. Belum lagi jika, seorang siswa yang sangat mengalami tangan dingin seorang wali kelas hingga melewati masa-masa krisi di sekolahnya. Banyak hal, yang bisa dijadikan alasan, mengapa seorang siswa enggan menjauh alias berpisah.

Pada jenjang SMP, ujian praktek di kelas IX misalnya, tentu menjadi hari-hari terakhir mereka harus mengalami kebersamaan dengan guru-guru, secara khusus dengan wali kelas. Sinyalemen ini terlihat, ketika mereka sangat berantusias mengajak wali kelas mendampinginya saat mereka berpraktek pada beberapa mata pelajaran. Bergambar bersama (berfoto bersama) bagi mereka mungkin merupakan saat-saat menggembirakan sekaligus sebagai wujud kebahagian batin yang diabdikan. Paling tidak suatu saat nanti, mereka dapat menceritakan tentag suka duka, canda dan tawa, pahit dan getir di sebuah ruangan yang sama. Foto bersama menjadi bukti suatu ketika bahwa mereka telah melitani permainan takdir tentang senyum dan tangis yang melumuri kebersamaan dengan wali kelas. Dan mereka, telah menulis tentang kisah itu, walau tesembunyi di hatinya yang paling dalam.

 

Kupang,22 Maret 2020

Merindukan kebersamaan bersama siswa-siswi Kelas IX E SMPN 13Kupang, di hari ke-2 social distancing.

(Ditayangkan di Warta Guru NTT com, edisi 24 Maret 2020

 

 

Komentar