GOL A GONG DAN SEBUAH  FENOMENA

 

Jagad literasi Indonesia hari-hari ini disemarakan dengan safari literasi Duta Baca Gol A. Gong alias Heri Hendrayana Harris. Safari Jawa, Bali, NTB, dan NTT  sejak Januari,  hari-hari ini hingga unjung timur Flores dan pulau Lembata.Kehadirannya bak menyepuh pandemi covid-19. Gebyar dan geliat literasi pada setiap tempat yang disinggahi bergaung. Para pegiat literasi hingga siswa-siswi antusias menyambutnya. Tidak sampai di situ, pengalaman literasi sastrawan kelahiran 15 Agustus 1963 ini dibagikan cuma-cuma. Mengajari anak-anak bangsa menulis karya fiksi dan nonfiksi. Ia berhasil mengimpori guru dan siswa pun pegiat lietrasi umumnya. Hasrat membaca dan menulis yang dibagikan telah menjadi pemicu. Paling tidak, para pegiat literasi yang selama ini berkutat dalam kesendirian,. Mereka seolah mendapatkan asupan nutrisi. Menjadi lebih kuat berjalan di lorong sunyi yang disebut literasi.

 

Pendiri Rumah Dunia yang telah menulis 50-an buku ini tak henti-hentinya menyemangati. Memang mesti begitu perilaku seorang pegiat literasi. Berbeda dengan  lainnya, tentu seorang Gol A Gong mencurahkan waktu sepenuhnya demi sebuah kemajuan. Ia sangat menyadari betapa literasi menjadi tumpuan jika hendak memartabatkan bangsa. Literasi tidak hanya digaungkan  tetapi lebih dari itu membutuhkan sebuah komitmen. Dan hal terakhir ini belum sepenuhnya tergores dalam hati seluruh bangsa. Literasi masih menjadi embrio belum keampaian menjadi  program unggulan. Beberapa propinsi bahkan kabupaten misalnya,  telah memproklamirkan diri sebagai kabupaten atau propinsi literasi.Namujn demikian, beranikan literasi menjadi program unggulan? Rasanya, belum satupun pemimpin daerah ini mengusungnya. Jika pun disebutkan, literasi hanya menjadi program dinas atau instansi terkait. Itu pun bukan menjadi program nomor urut satu, ia masih menjadi rumusan-rumusan bernuansa personifikasi, memperindah program kerja.

 

Gol A Gong bagiku bermetamorfosis menjadi pemicu. Ia memicu nurani bangsa ini bahwa peradaban bangsa dapat direngkuh dengan literasi. Bahwa apapun jenis literasi sebenarnya mampu meningkatkan pemahaman seseorang dalam mengambil kesimpulan dari informasi yang diterima menjadi lebih baik.Literasi akan sangat membantu orang berpikir secara kritis, membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara membaca, selain  menumbuhkan serta mengembangkan nilai budi pekerti yang baik dalam diri seseorang. Literasi pada akhirnya mampu membentuk masyarakat yang kritis dan dapat membantu mempersiapkan seseorang hidup dalam masyarakat berpengetahuan. Jika bangsa ini hendak menyiapkan generasi emas 2045, maka literasi adalah pilihannya. Gol A Ging dengan segala kelebihan dan keterbatasannya telah berlanglang buana mengabarkannya. Apakah kita masih berevoria karena pemerintah mendonasi bantuan sosial sambil   bersenandung “ Aku Masih Seperti yang dulu” di lorong-lorong sunyi? Dalam nada yang sama bersama Gol A Gong , kita mesti melitani, membaca itu sehat dan menulis itu hebat.

Salam Literasi.

 

 

Komentar