AYAH, DI SETIAP DETAK JANTUNGMU
AYAH, DI SETIAP DETAK JANTUNGMU
Suasana
lengang setelah jeda makan siang. Di kantor ini, Silvester ayah empat anak, ini hari-hari ini menggeluti
rutinitasnya. Lima tahun lagi ia purna bakti. Di masa-masa akhir pengabdiannya
ini, Silvester menjadi sosok yang patut diteladani. Tentang disiplin bekerja,
berperilaku, demikian perpakaian, Silvester menjadi pula sosok yang dicntihi di
kantor ini.
“Tok..tok..tok..,”
sesorang mengetuk pintu ruang.
“Masuk..’”
jawab Silvester tanpa melihat sosok di depannya.
Silvester
tahu kalau yang selalu masuk ke ruang kerjanya adalah sahabat sekantor. Itu pun
untuk urusan-urusan kantor, bukan sekedar ngobrol santai. Mereka biasanya
ngobrol santai selalu di kantin, di samping kantor.
Ia
tengah sibuk mencermati beberapa laporan hingga tak kunjung melihat sosok di
depannya tersebut. Seseorang yang sedari tadi itu pun masih berdiri di depan
pintu karena belum dipersilahkan oleh Silvester. Ketika melihat sosok wanita
berusia tujuh belasan itu, Silvester terkesima. Ia belum pernah melihat
sebelumnya, dan tidak pernah menerima tamu seorang gadois sebelumnya.
Diperhatikan dengan saksama, dari ujung rambut hingga ujung kaki.
“Bapak...,”
jawab gadis tujuh belasan tahun itu sambil menghampiri Silvester.
Silvester
belum juga menjawab karena ia belum pernah melihat gadis ini semenjak ia
berkantor di sini. Bahkan sebelumnya pun tidak pernah.
“Bapak,
ini saya,” gadis belia itu kini sedang memeluk Silvester.
Wajah
Silvester memerah. Ia hendak mengehempaskan gadis itu tapi hatinya tidak tega. Di
kantor ini tidak ernah sekalipun seorang gadis memeluknya apalagi pada jam-jam
kantor. Siapun pasti bingung, mungkin juga marah jika tiba-tiba seseorang
mengaku sebagai anak, sedang sang ayah tidak tahu-menahu. Belum sempat
melepaskan pelukan ke Silvester, air mata gadis itu telah berderai membasahi baju Silvester. Hati Silvester turut prihatin.
“Ya,
baik, baik. Coba duduk sebenatr,” pinta Silvester memelas.
Riny,
gadis belia itu pun kini sudah tepat di depan Silvester. Sepintas hatinya
terenyuh. Betapa raut wajah gadis itu miripnya. Hampiir semua menyerupainya. Seolah
sosoknya ada dalam diri Rin.
“Bapak
kenal Ester?” tanya Riny.
Sontak
hati dan pikiran Silvester terpaut pada sosok seorang gadis. Beberapa puluh
tahun silam. Ester, gadis itu hendak dipinangnya. Hasrat itu tidak terpenuhi
lantaran kedua berbeda keyakinan. Keluarga Ester tidak merstui. Meski cinta
mereka begitu kuat, tetapi hasrat ego keluarga meluluhlantakan cinta mereka
yang sedang bersemi. Rasa antipati keluarga bertubi-tubi menghujam perjaka
Silvester yang sedang kasmaran, hingga keduanya tak berdaya. Cinta yang dirajut
bak berkeping-keping. Kata pisah menjadi plihan bagi keduanya tanpa harus
melitanikan lagu lagu cinta yang membingkai cintta nan tulus. Mereka harus
berpisah lantaran sangat menghormati orang tua. Pisah yang dibasuh dengan air
mata itu tak dinyana meninggalkan pula benih cinta di rahim sorang Ester. Dan
kini, di depan Silvester, buah hatinya sedang menatapnya. Tatapan mata seorang
anak telah tumbuh dan berkembang tanpa kasih sayang seorang ayah.
Silvester
terus menatap bola mata Riny, anak dari darah dan daging yang tidak direstui
orang tua Ester. Rini, darah daging yang telah berlanglang buana belasan tahun
untuk mencari ayahynya meski mereka sekota.
“Betapa
kejam egoisme,” gumam pria yang berkepala lima ini.
Namun
demikian, Riny adalah anaknya mesti
tidak diakui secara agama maupun hukum adat, karena semenjak perpisahan itu ia
telah menikahi gadis lain dan kini telah dikaruinia dua orang anak.
Rini
hanya tertunduk. Entah apa yang dipikirkan, tetapi ia sungguh sangat bahagia,
sangat bersuka cita. Terlebih lagi sosok yang ada di hadapannya adalah ayah
kandung yang ia sendiri tidak tidak pernah membayangkan sebelumnya. Semua
bayangan tentang ayahnya sirnah, setelah mengetahui ayah sebenarnya.
Silvester
sangat paham jika anak gadisnya ini telah dewasa. Dengan begitu, ia pun
menjelaskan ikhwal sebenarnya kepada Riny. Riny mengangguk pelan. Hampir sejam
Riny di depan ayahnya. Ia ingin berlama-lama hendak mengobati rasa rindu
berpluluh tahun, namun bukanlah waktu dan tempat yang tepat.
“Itu
alamat rumah Bapak,” pungkas Silvester setelah memberikan alamatnya kepada
Riny. Riny kemudian meninggalkan kantor
ayahnya itu.
Siang
nanterik di kota yang dikenal kota karang tidak melunturkan kegembiraan
hatinya. Ini bukan soal pulangnya seorang anak yang hilang, tetapi dua hati
tertaut, hati sang ayah dan anak.
“Ibu,”
Rini menghampiri ibunya sambil menangis.
“Bagaiamna
perasaanmu?” tanya ibunya.
“Bahagia,
sangat bahagia,” jawab Riny,” meski sekian lama tidak menemui ayah, tetapi
kerinduanku telah terobati .Terima kasih
telah memberi tahu alamat ayah,” kata Riny.
Riny
pun memberitahu ibu, jika ia akan bertamu ke rumah ayahnya. Memang terasa sungguh
berat hati harus menemui anak-anak ayahnya yang juga sebanya dengannya. Tetapi
ayahnya telah menguatkan Riny agar tidak
ada yang perlu disembunyikan sehingga semua menjadi jelas.
Hari-hari
setelah ia mengunjungi keluarga ayahnya membuatnya lebih berbahagia karena
keluarga ayahnya menerimanya dengan baik. Oleh karenanya, ia kini bisa
berkomunikasi dengan ayahnya tanpa ragu.
Baginya, itu bukan salah ibu dan ayahnya. Meski tidak tinggal serumah dengan
ayahnya, ia telah memiliki ayah sejati. Riny, kini semakin menyadari betapa di
setiap detak jantung ayahnya, ia ada di sana. Itu sudah cukup baginya, tanoa
harus hidup bersama ayah kandungnya. Merasa sakit tetapi ia juga tidak hendak
mengadili opa dan oma serta keluarga dari mamanya sebagai orang yang paling
bersalah karena telah memisahkannya dengan kedua orang tua.
***
Sepenggal
kisah di atas mungkin senafas dengan 39
judul tulisan dalam antologi Salam Kangen Buat Ayah. Seluruhnya mengisahkan
tentang ayah, tentang kasih sayang,
tentang perjuangan ayah, tentang perhatian dari seorang sosok ayah. Ayah
meski sosok yang ringkih namun akan tetap memberi dan membagi kasih dengan
anaknya. Sosok-sosok ayah seperti itulah yang mengispirasi 39 penulis untuk
menarasikannya. Betapa judul-judul kisah seola h memagut pembaca sehingga bisa
menelusurinya melalui alur-alur cerita. Deti-detik Terkahir, Jejak-jejak,detik-detik
terkahir,Bukan nabi, Cinta Pertamaku, atau Rasa yang Menyentuh, adalah beberapa
dari sekian judul yang dapat memantik
Pada
kisah berjudul Lika-Liku lelaki, penulis
mengisahkan tentang hasrat seorang ayah menyekolah anaknya di SPG ( Sekolah
Pendidikan Guru ) yang hampir kandas karena persyaratan tinggi badan.Cerita ini
menampilkan sosok guru sebagaimana pada kisah lain berjudul Jejak-jejak.
Pembaca
juga bisa berlanglang buana ke Raja Ampat, pulau nan eksotis hanya dengan
membaca kisah Inspirasi Konservasi, karya seoang Konstantinus Saleo, pendiri
dan pengelol Dayan Homestay di Raja Ampat. Betapa ia mengisahkan kegigihan
tokoh Leo melestarikan alam Raja
Ampat.Ia selalu menghalau atau bahkan
mengusir setiap penebang pohon hanya untuk sebuah kata, koscervasi. Bahkan karena keteguhannnya
ini, ia harus tewas bersimbah darah karena ditombaki.
“Orang
itu mengejar Leo dan melemar dua tombak.Lemparan pertama dengan sasaran Andi
Saleo dan anak buahnya. Namun, sasaran meleset dan tombaknya mengenai perahu.
Leo berteriak agar Andi an anak buahnya
menyelamatkan diri.
Lemparan
tombak kedua sasarannya Leo. Leo bisa menghundar lalu berusaha meraih tombak.
Namjun, lengan kanannya sudah melemah karena darah mengalir deras. Lemparan
bakasan Leo meleset. Orang itu mencabut kembali tombak lemparan Leo, Ia
melemparkan lagi dan menembus punggung Leo. Leo jatuh di atas lumpur Batanta
yang sudah memerah karena darah.
Pengisahan
oleh Konstantinus Saleo begitu runtut, seolah ia meyaksikan pertartungan itu
secara langsung. Cerita yang runtun meski pendek tetapi menginspirasi. Pembaca
seolah mengalaminya di Raja Ampat
Secara
keseluruhan, kisah dalam buku setebal 199 halaman ini hendak mengusung sosok
seorang laki yang heroik. Hubungan antara seorang ayah dengan anak laki-laki
atau perempuannya. Sebagai lazimnya, seorang anak perempuan sangat dekat dengan
ayahnya. Namun demikian, dikisahkan pula di buku ini tdiak semua penulis
perempuan mengisahkan ayahnya sebagai idola.
Itu
menjadi hal lain yang menarik dalam buku Salam Kangen buat Ayah dengan editor
Teguh Wahyu Utomo ini. Buku yang dicetak oleh penerbit IQRO Semesta Press,
bukan saja menjadi sarapan pagi tetapi juga menjadi sajian renyah untuk dilumat
di waktu senggang karena bergenre cerita. Siapaun, dari seorang anak –anak hingga
orang dewasa bisa membaca buku. Jika
seluruh isinya telah dilumat, buku
cetakan pertama ini tentu akan menginspirasi pembaca sehingga bisa menulis.
Tentu hanya karena satu alasan yang bisa mengompori hasrat itu yakni sosok sang
ayah.
Buku
ini menjadi menarik bagi siapun untuk membaca. Setidaknya memenuhi kriteria
beberapa kriteria. Pertama, bermanfaat. Bermanfaat bagi pembaca yang hendak
mengisahkan tentang ayahnya dalam bentuk tulisan. Beberapa kisah dalam buku ini
bisa menjadi panduan. Dengan demikian, penulis pemula dengan mudah memulainya
tanpa harus menjadi plagiat.
Kdua,
menghibur. Ada kekuatan dalam karya-karya para penulis buku yang membuat
pembaca akhirnya terhibur dan seperti ketagihan untuk membaca esai-esai atau kisah
berwujud cerpen. Mesti dipahami bahwa esai yang menarik adalah esai yang
menghibur, dan itu ditemukan di buku yang ber- ISBN 978-623-99429-5-3 ini.
Ketiga,
unik. Setiap penulis buku ini memiliki karakter yang kuat dalam setiap
tulisannya. Penggunaan katanya mengalir namun menggilitik, seakan membangkitkan
gelora-gelora dalam dada siapapun yang membaca.
Penulis dengan caranya masing-masing, sebuah keberagaman yang menjadi kekuatan
di buku ini. Pembaca dapat menemukan
kekhasan dalam tiap tulisan. Dan Jika pembaca kemudian bisa menjadi penulis,
tentu akan mampu pula meracik esai-esai
yang menarik, yakni esai-esai yang unik dan original pula. Selamat membaca.
Salam
Literasi, dari Kota Kupang.
Komentar
Posting Komentar
Silakan komentar secara bijak dan kosntruktif!