MENYELAMI EUFORIA DARI GELORA 99 LEMBATA
MENYELAMI EUFORIA DARI GELORA 99 LEMBATA
( Sebuah catatan ringan ETMC 2022 )
Euforia
ETMC ( El Tari Memorial Cup ) 2022 menyedot hampir jutaan pencinta sepak bola
di NTT. Gelaran final ETMC
Persebata-Lembata versus Perse- Ende itu
juga membuat degup jantung tak menentu pada hampir sebagian pentonon, apalagi
bagi pendukung fanatik. Pecinta sepak
bola daratan Flores minus Flores Timur tentu lebih menjagokan Perse-Ende,
sedangkan sebagian warga Lamaholot mungkin saja menjagokan Persebata –Lembata.
Gelaran ETMC yang memasuki babak final pun terpaksa memasuki babak krusial
dengan adu pinalti. Pada babak yang mendebarkan ini, sebagian besar
penonton menjagokan Persebata. Hal ini
beralasan karena dalam empat laga Persebata hingga ke babak final dimenangkan dengan
adu pinalti. Belum lagi di babak kedua final ETMC pelatih Persebata,
kamis, (29 / 9 ), Hasan Haju Wahar
memasukkan salah satu goalkeeper. Penonton berasumsi, jika itu dipersipakan
sebagai pahlawan Persebata pada babak adu penalto. Dengan demikian, harapan tim
tuan rumah mendulang juara satu bisa terwujud.
Fakta
berbicara lain. Benar jika disebut bola itu bulat. Ungkapan yang bermakna bahwa
dalam sepak bola tidak yang pasti. Tim tuan rumah harus puas di urutan kedua
sembari mengakui keunggulan tim Danua
triwarna Kelimutu Perse-Ende. Satu dua catatan setelah menonton final ETMC
hingga adu pinalti. Hal yang menarik yakni bahwa pelatih Persebata, Hasan Haju
Wahar, selalu mewanti anak asuhnya bahwa setiap pertandingan adalah final, telah mengompoi semangat juang anak-anak
Lomblen hingga ke babak final. Setidaknya, skuad Persebata di tangan Hasan Haju
Wahar yang pernah menghantar Perseftim Flores Timur menjadi juara ETMC tahun
2009 ini melegahkan warga Lembata dan Lamaholot karena tim tuan rumah melaju ke
babak final, meski harus berlelah. Kehadiran pendukung Persebata yang memenuhi
tribun Gelora 99 sebagai bukti dukungan dan kebanggaan bahwa tim Persebata
patut diperhitungkan, atau bakhan menjadi salah satu tim terbaik. Histeria atau
euforia di setiap laga Persebata-lembata adalah bentuk kejujuran penonton dalam
mengekspresikannya.
Meski
demikian, selentingan kabar berhembus jika kegagalan Persebata mendulang juara
satu disebabkan oleh kekisruan dalam tubuh Persebata jelang ETMC 2022, awal September. Pelatih kenamaan
Maura Hally Betekeneng bersama asisten pelatih Edo dan tuju pemain mengundur
diri. Maura menghendaki tuju dari Jawa
tergabung dalam skuad Persebata sedangkan Askab Lembata hanya mengenhendaki tiga saja.Poinnya,
Hally Betekeneng mengharapkan agar masing-masing keberja sesuai uraian tugas.
Askab tidak harus mengintervensi tim pelatih dalam memoles Persebata sebagi
sebuah ti sepak bola yang berkualitas. Kurang lebih demikian benang merah kekisruan ditubuh Persebata. Meski demikian, apakah keinginan mantan pelatih Maura Hally Betekeneng itu menjadi
jaminan bahwa Persebata akan menjadi juara? Jawabannya bola itu bulat. Siapapun
tidak menduga, sebagaimana Tim Garuda yang dapat mengalahkan Curacao meski berbeda level yang cukup jauh.Atau
contoh-cocoth lain soal menang dan kalah
yang jaug dari jangkaun akal sehat.
Sementara
itu optimisme manager tim Perse-Ende, Yulius Cesar Nonga bukan sebuah mimpi.
Perse Ende mengalahkan tuan rumah Persebata Lembata di babak final, melalui
drama adu penalti dengan skor 3-2 (5-4) setelah bermain imbang 2-2 di waktu
normal. Di Stadion Gelora 99 Lewoleba
lembata, Kamis (29/9/2022), Perse-Ende membuktikan diri sebagai tim yang mampu
menahan gempuran –gempuran yang terus dilakukan anak-anak semburan Ikan Paus
Persebata Lembata. Meski demikian, Yulius Cesar Nonga, dengan rendah hati pula
mengungkapkan keharuan rasa atas penerimaan Lewo Tanah Lamaholot sekama bertamu di tanah Lembata.
“Terima
kasih kami sampaikan untuk Lewotana Lembata yang sungguh luar biasa baik kepada
kami. Lomblen Mania, Persebata Mania, pengurus dan Pemain Persebata Lembata,
kamu juga terbaik, tapi harus ada yang lebih baik,” kata Manajer Perse Ende
Yulius Cesar Nonga dalam jumpa pers usai laga di media center Gelora 99, Kamis
(29/9/2022).
Usai
sudah gelaran ETMC. Penobatan juara satu
dan dua laga ETMC menyudahi perhelatan akbar di Gelora 99 Lewoleba. Gelora 99
menjadi saksi pertautan rasa anak-anak Flobamora yang menjadi rival dalam 90
menit tetapi selebihnya adalah persaudaraan. Eja, kera, opu, kaka ari, kraeng
kae, too dan aa, semua berpadu di tanah lembata, menyatukan berbagai suku di
bumi Flobamora, di nusa 566 pulau.
Mestikah
kita mengotorinya dengan egoisme sektoral kita masing-masing? Tidak perlu
mengurai benang kusut kekisruan di di Gelora 99 Lembata, tetapi menarik hikmah
dari sebuah permain bertajuk bola kaki. Bahwa bola itu bulat, sehingga kalah
dan menang itu wajar. Bola itu bulat sehingga bisa menggelinding ke semua arah
karena bergerak dari kaki ke kaki. Andaikan benda bulat itu adalah sebuah
persaudaraan, maka sebenarnya ajang ETMC adalah ajang merajut persaudaraan,
menepis perbedaan dan merajut kekeluarga.
Kita
mesti belajar banyak dari permainan sepak bola.
Sepak bola itu membutuhkan keahlian dan waktu yang tepat
mengekspresikannya. Jika keahlian yang
tak digunakan pada tempatnya maka yang dihasilkan hanya kebuntuan. Sebagai
misal peluang melesatkan bola di depan gawang tanpa hambatan ternyata bola
melewati mistar gawang. Di kehidupan ini, keahlian sangat dibutuhkan. Jika
tidak tentu kehadiran kita hanya sebagai pelengkap. Dalam sepak bola, mungkin
saja berada di bangku cadangan.
Menarik
untuk disimak di kala pemain harus jatuh bangun, berlari secepat-cepatnya atau ada
akting ada pula diving, ada suka dan sedih. Pemain sepak bola kadang melalukan
diving alias sengaja menjatuhkan diri
sehingga dilihat sebagai sebuah pelanggaran. Pemain kadang pula melakukan
akting agar keberuntungan berpihak. Meski kadang curang tetapi merupakan taktik
yang diperagakan di lapangan hijau. Hidup pun demikian, mesti diperjuangan,
kadang jatuh dan bangun, tertatih-tatih agar bisa mewujudkan cita atau impian.
Mestikah kita berpangku tangan? Itu lain lagi cerita, lebih tepat disebut
sebagai penonton.
Di
akhir ETMC 2022, sejujurnya setiap mata yang menonton mendambakan kualitas
permainan, bukan soal euforia kemenangan di setiap laga. Peningkatan kualitas
akan mengusung sepak bola NTT menuju ke liga 2 Indonesia atau bahkan liga 1.Siapan pun warga NTT akan
bangga kala anak-anak NTT berlaga di liga 2 pun liga 1 karena kulaitas, sesuatu
yang bukan tidak mungkin. Benar jika kualitas tanpa hasil tidak
ada gunanya, namun hasil tanpa kualitas itu membosankan. ***
Komentar
Posting Komentar
Silakan komentar secara bijak dan kosntruktif!